Anastesi Lokal

Rabu, 31 Desember 2014

Assalamu'alaikum, para pembaca sekalian. Semog hari anda menyenangkan. Kali ini saya akan membahas masalah senyawa yang digunakan untuk anastesi lokal

Anastesi lokal digunakan untuk menghilangkan rasa sakit secara lokal. Belakangan ini, senyawa nastesi sering diteliti oleh ilmuwan kimia, serta telah dilakukan isolasi senyawa anastesi dari alam untk digunakan dalam dunia kedokteran, lebih jauh lagi juga telah dilakukan berbagai eksperimen untuk meningktakan kemampuan anastesi dari senyawa-senyawa bahan alam. Beberapa senayawa anastesi memiliki kemampuan anastesi yang baik dan tidak begitu beracun bagi manusia.

Namun, beberapa alkaloid murni dalam jumlah yang sangat banyak dapat menyebabkan kecanduan (inilah yang menyebabkan kenapa ada beberapa obat di Indonesia dilarang beredar). Yang paling terkenal diantaranya adalah kokain yang pertama kali diteliti oleh Sigmund Freud pada tahun 1884. Kokain memiliki kemampuan untuk menstimulasi sistem syaraf pusat dan dapat menggantikan morfin sebagai anastesi. Namun sangat disayangkan, penemuan ini, malah disalah gunakan sehingga sampai hari ini, kokain menjadi anastesi yang paling sering disalahgunakan sehingga mengakibatkan kecanduan

Struktur kimia dari Morfin
Ekstrak daun koka dapat juga digunakan sebagai anastesi lokal, bahan ini juga digunakan sebagai bahan utama pada koka-kola. Namun melalui pengawasan yang ketat, ekstrak koka tidak lagi digunakan sebagai dalam minuman kola. Karenanya, merek koka-kola berganti menjadi "coke" yang berarti tidak ada (maksudnya tidak ada ekstrak koka didalamnya).

Ekstrak daun koka merupakan anastesi jenis alkaloid. Alkaloid daun koka pertama kali diisolasi oleh Nimenann pada tahun 1862. Bila ekstrak daun koka ini ditaruh di lidah, maka kan menimbulkan rasa pahit dan mati rasa pada lidah. Tahun 1880, Von Arep menemukan bahwa apabila kulit disuntikkan kokain, maka kulit akan mati rasa dan dapat ditusuk dengan jarum tanpa menimbulkan rasa sakit. Freud dan Karl Koller telah melakukan penelitian mengenai anastesi kokain. Operasi mata sangat sulit dilakukan dikarenakan efek reflek yang ditimbulkan oleh otot-otot pada mata. Koller menemukan, apabila mata diberi beberapa tetes kokain, maka akan dapat mencegah refleks mata, sehingga operasi mata dapat dilakukan. Tidak hanya sebatas anastesi lokal, kokain juga dapat digunakan untuk memproduksi midriasis. Kemampuan kokain untuk memblokir sinyal konduksi pada syaraf, menjadikan kokain sering digunakan dalam dunia kedokteran, meskipun agak beresiko. Tahun 1884, kokain resmi digunakan dalam praktek dokter gigi. Untuk aplikasinya, morfin disuntikkan pada syaraf tertentu untuk menghilangkan rasa sakit.

Salam bertahun-tahun, sudah ada ratusan anastesi lokal yang berhasil disintesis dan diuji. Untuk beberapa lasan, kebanyakan anastesi tersebut tidak digunakan secara umum. Sampai sekarang, masih terus dilakukan penelitian untuk mencari anastesi lokal yang sempurna. Semua anastesi memiliki gugus fungsi yang sama. Yaitu pada salah satu ujung molekulnya terdapat cincin aromatik. Pada ujung lainnya terdapat amina tersier. Diantara kedua gugus fungsi ini dipisahkan oleh rantai karbon antara 1-4. Bagian aromatik biasanya berupa ester asam aromatik. Golongan ester ini penting untuk mencegah tokisisitas yang diakibatkan senyawa anastesi. Langkah awal untuk detoksifikasi anastesi yaitu hidrolisis ester dalam aliran darah. Senyawa anastesi yang tidak memiliki ester, cenderung lebih toksik. Namu terdapat penegcualian untuk senyawa idokain yang gugs aromatiknya digantikan oleh amida. gugus amina tersier dapat meningkatkan kelarutan anastesi dalam larutan injeksi. Sebagian besar senyawa anastesi ditambahkan dengan garam HCl agar lebih mudah larutan dalam pelarut injeksi.


1 komentar: